Keputusan manajemen Movistar Yamaha memecat Kepala Teknisi Ramon Forcada pada pertengahan 2018 lalu terus menuai kritik. Banyak pihak menuduh Maverick Vinales aktor di balik pemecatan Forcada. Karena, pengganti Forcada adalah Esteban Garcia, orang yang mendampingi Vinales sejak dia berkarier di Moto3 2013 lalu.
Vinales memutuskan mendepak Forcada yang dituding tidak mampu mengeluarkan potensi terbaik. Pembalap berusia 23 tahun itu berkilah keputusan mendepak Forcada diambil sesuai kesepakatan dengan tim.
“Itu keputusan yang diambil bersama Yamaha. Tensi yang tercipta dengan Forcada sebetulnya tidak perlu. Secara teknik, sangat sulit menemukan seseorang yang lebih baik darinya,” ujar Vinales, dilansir Tuttomotoriweb.
“Tapi, saya dituduh sebagai satu-satunya orang yang menyebabkannya dipecat. Padahal, faktanya tidak demikian. Ini benar-benar menyakitkan. Karena, saya harus berjuang untuk menang dan Forcada butuh fokus untuk bekerja,” tutur pembalap yang musim depan menggunakan nomor 12 itu.
Vinales mengatakan kehadiran Garcia di tim bakal mengurangi kesalahan-kesalahan kecil yang dibuat Yamaha musim lalu. Pasalnya, pria asal Spanyol itu bekerja dengan sangat detail serta mampu mengontrol garasi sehingga teknisi lain dapat bekerja dengan maksimal.
Sementara itu, bos KTM Red Bull Mike Leitner mengeluhkan ketidakadilan yang dialami timnya sebagai tim pendatang baru di MotoGP. Menurut Leitner, pengelola MotoGP tak lagi memberi keistimewaan bagi pabrikan pendatang baru seperti halnya Honda dan Ducati dahulu.
Leitner menuturkan, pada suatu masa tim-tim pabrikan dari Jepang seperti Honda dan Yamaha diberi jatah lima mesin saja sementara Ducati sebagai pendatang baru mendapat 12 buah. Selain itu, pabrikan asal Italia tersebut diberi kelonggaran memakai 2 liter bahan bakar lebih banyak serta ban berkompon soft.
Pria asal Austria itu menyesalkan keistimewaan sebagai pendatang baru tersebut tidak lagi diberikan saat KTM masuk ke MotoGP pada 2016. Menurutnya, keuntungan yang diberikan kepada tim-tim pendatang baru saat ini lebih kecil dibandingkan masa lalu.
Sebagai contoh, timnya hanya diperbolehkan memakai sembilan mesin atau dua buah lebih banyak dari tim pabrikan. “Pengembangan motor sangat sulit sepanjang musim lalu. Selain pembalap yang cedera, dari sisi regulasi juga susah. Anda tidak bisa mengubah beberapa parameter dan ini sangat menyulitkan bahkan ketika Anda punya keuntungan dua mesin lebih banyak dari yang lain,” ujar Leitner, dilansir Crash.
“Anda tidak punya keuntungan yang besar seperti masa lalu di mana tim-tim pabrikan diberi lima mesin sementara Ducati 12 buah. Sekarang, keuntungankeuntungan seperti itu tidak lagi diberikan. Tim pendatang baru hanya memiliki sedikit keistimewaan,” tandas Leitner.
Mantan teknisi di Repsol Honda itu mengatakan, KTM Red Bull tengah memasuki tahun ketiga di MotoGP. Hal yang wajar jika tim asal Mattighofen, Austria, itu belum mampu bersaing dengan Ducati, Honda, dan Yamaha yang sudah puluhan tahun berkiprah di MotoGP.