Agresifitas tim-tim Liga 1 dalam perburuan pemain asing, membuat PSM waspada. Tak ingin gelandang andalannya dibajak, PSM Makassar bergerak cepat memagari Marc Anthony Klok dengan kontrak jangka panjang hingga 2023 mendatang.
Perpanjangan kontrak yang disodorkan PSM kepada legiun asing asal Belanda itu, bukan yang pertama. Musim lalu, tim kebanggaan Sulsel itu juga menambah durasi kerja sama pemain berusia 25 tahun itu hingga akhir 2019.
CEO PSM Munafri Arifuddin menyatakan, kontrak jangka panjang disodorkan untuk memastikan pemilik nomor punggung 10 itu aman dari incaran tim lain di Indonesia. “Kami sudah sepakat dengan Klok hingga 2023. Selain masih muda, Klok juga punya kemampuan dan sudah dibuktikan. Dia merupakan salah satu pemain penting di PSM,” ungkap pria yang akrab disapa Appi itu.
Pria berusia 43 tahun itu juga tak menampik jika perpanjangan kontrak Klok hingga lima tahun kedepan juga akan menyentuh sisi bisnis. Dengan catatan, ada klub yang bersedia menebus kontraknya bersama tim Juku Eja. “Kalau memang ada yang menawar besar, kami akan pertimbangkan. Dan juga kalau Klok sepakat, kita akan lakukan itu (jual) dalam sisi bisnis,” katanya.
Appi menambahkan, perpanjangan kontrak jangka panjang ini sekaligus untuk mempercepat proses naturalisasi Klok. Manajemen PSM juga hingga saat ini terus mengupayakan agar pemain yang masih berpaspor Belanda itu segera mendapatkan status sebagai warga negara Indonesia (WNI).
“Kita akan terus memenuhi syarat (naturalisasi) yang ada. Satu persatu rekomendasi tentu akan kita penuhi. Semoga saja cepat keluar. Kalau tidak tahun ini, mungkin tahun depan (Klok sudah jadi WNI),” tambah Appi.
Sementara itu, Klok merasa senang dengan perpanjangan kontrak ini. Dia mengaku masih betah untuk memperkuat PSM hingga lima musim kedepan. Dengan perpanjangan kerja sama ini, dia bertekad meraih prestasi tertinggi di Liga 1 musim 2019. Setelah pada musim lalu, Juku Eja hanya finis di peringkat kedua, di bawah Persija Jakarta.
“Saya ingin loyal di sini. Melanjutkan masa bakti bersama PSM dan tidak memikirkan klub manapun. Tentu dengan kontrak panjang ini, sudah menjadi penegasan jika saya setia di kota ini,” jelasnya.
Terkait naturalisasi, keinginan eks Dundee itu memang sudah jadi rahasia umum. Dia bahkan sudah berniat menjadi WNI sejak tahun pertamanya bermain di Indonesia yakni 2017. Bahkan saat proses perpanjangan kontrak, dia juga memakai jersey timnas Indonesia.
Sementara itu, manajemen PSM Makassar mengerucutkan kandidat pelatih menjadi empat nama. Meski sudah mengantongi empat nama, CEO PSM, Munafri Arifuddin mengaku tak mau terburu-buru memutuskannya. Namun dia juga tak ingin kursi kepelatihan menjadi kosong terlalu lama. “Kita sudah punya beberapa kandidat. Tidak baik juga kalau tim sudah latihan tanpa pelatih. Dalam waktu dekat ini, kita akan putuskan,” ungkapnya.
Dia menginginkan calon pengganti Robert bukan sekadar seorang pelatih tim. Melainkan bisa menjadi bapak dari semua pemain di skuad PSM. “Dia harus menjadi figur yang ekstra kuat. Dia tidak boleh memilih-milih apa yang sudah ada di tim. Serta pelatih yang memiliki kepemimpinan yang teguh,” jelasnya.
Dari keempat nama tersebut, pria berusia 43 tahun itu menyebut setiap kandidat memiliki kelebihan masing-masing. Seperti sudah merengkuh gelar juara, dan pernah menukangi sebuah tim nasional. Salah satu sosok yang muncul ialah pelatih asal Rumania, Marian Cucchiaroni Mihail.
Dia bahkan bisa dikatakan sebagai kandidat terkuat pengganti Robert. Pengalamannya di Asia Tenggara, membuat arsitek berusia 60 tahun itu memiliki nilai plus. Musim lalu, Mihail menukangi FLC Thanh Hóa, tim asal Vietnam. Klub yang didirikan pada 2009 itu bahkan tampil di AFC Cup 2018 dan satu grup dengan Bali United.
“Nama (Mihail) ada, tapi belum ditentukan. Namun kami ingin pelatih yang paham dengan kultur sepak bola di Asia Tenggara, khususnya Indonesia. Apalagi kita akan bermain di AFC Cup musim ini,” tuturnya.
Selain Mihail, nama Erwin van de Looi juga masuk dalam daftar calon pengganti Robert. Juru taktik berusia 46 tahun ini berasal dari Belanda. “Iya, ada dari Belanda. Tapi itu belum pasti. Jangan sampai pelatih ini cocok sama Pluim dan Klok (yang negaranya sama), tapi tidak cocok dengan pemain lain. Jadi itu yang menjadi pertimbangan kita,” urainya.