DewaSport.asia – Andriy Shevchenko angkat bicara mengenai pandemi virus Corona yang saat ini melanda dunia. Menurut mantan penyerang AC Milan tersebut, wabah yang bermula dari Wuhan, China, itu mempunyai kemiripan dengan bencana Chernobyl.
Shevchenko saat ini sedang melakukan isolasi mandiri di Inggris, negara dimana dia sempat membela Chelsea pada 2006 – 2009. Salah satu legenda lapangan hijau asal Ukraina itu memilih tidak keluar rumah agar terhindar dari virus Corona.
“Saya saat ini berada dekat London. Saya tinggal sedikit di luar kota. Saya sudah mengurung diri selama hampir 10 hari disini,” ucap pria berusia 43 tahun yang akrab disapa Sheva itu, dilansir skysport.
Apa yang terjadi di dunia saat ini mengingatkannya pada bencana meledaknya Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Chernobyl yang terjadi pada 26 April 1986 di Ukraina, Uni Soviet. Ketika itu, Shevchenko masih berusia sembilan tahun.
Akibat bencana itu, Shevchenko beserta keluarganya harus mengungsi dari Kiev agar tidak terpapar radio aktif. Dampak lanjutannya membuat kehidupan masyarakat disekitarnya menjadi tidak menentu.
“Saat ini kita sedang merasakan momen sulit dengan satu harapan. Harapan agar situasinya jadi membaik. Satu-satunya solusi adalah mematuhi peraturan yang diterapkan pemerintah. Tetap berada di rumah dan memberi kesempatan kepada dokter melakukan tugasnya,” lanjutnya.
Shevchenko mengaku pernah merasakan hal yang hampir serupa ketika masih bocah dulu. Akibat meledaknya Chernobyl, pemerintah juga mengeluarkan kebijakan kepada semua orang untuk tidak keluar rumah.
“Saya mengalami situasi yang hampir serupa ketika berusia sembilan tahun, ketika PLTN Chernobyl meledak. Saat itu menjadi masa yang sulit. Yang bisa kami lakukan adalah percaya pada keputusan pemerintah. Kami tidak ingin bertindak bodoh, terutama keluar rumah,” ucapnya.
Namun, Shevchenko menilai dampak yang ditimbulkan virus Corona jauh lebih parah ketimbang Chernobyl. Sebab, virus ini tidak hanya menyerang satu kota atau satu negara, melainkan hampir 200 negara di seluruh dunia dengan korban jiwa lebih dari 24.000.
“Wabah ini membuat kita ketakutan. Kita tidak tahu apakah punya virus itu. Banyak orang bisa saja terinfeksi, membawa virus itu dan menularkannya pada orang lain walau tanpa gejala. Karena itu kita tidak boleh hanya memikirkan diri sendiri, juga orang lain yang bisa saja kita tulari,” ujarnya.
“Semua dokter di seluruh dunia telah melakukan pekerjaan hebat, para perawat, sukarelawan. Terima kasih banyak atas apa yang telah kalian lakukan kepada kami. Kalian pahlawan sebenarnya,” tandasnya.