DewaSport.asia – Los Angeles Lakers dalam posisi yang sangat sulit. Jangankan lolos ke playoff, peluang mereka untuk lolos ke Play-in Tournament saja tipis. Catatan ESPN menyebutkan peluang Lakers untuk finis di urutan 10 klasemen akhir Wilayah Barat sekarang hanya sekitar 10 persen.
Di Peringkat 10
Lakers kini memiliki rekor (31-47). San Antonio Spurs yang ada di peringkat 10 memiliki catatan menang-kalah (32-45). Bila pun Lakers menang di gim selanjutnya dan Spurs kalah dua gim beruntun, rekor imbang (sama di 32-47) akan tetap menempatkan Spurs di atas Lakers.
Hal ini terjadi karena Spurs unggul catatan kemenangan atas tim-tim Wilayah Barat ketimbang Lakers. Poin ini jadi alasan penentuan keunggulan karena kedua tim imbang di rekor pertemuan dan sama-sama tak memuncaki divisi masing-masing.
Secara keseluruhan, Lakers memang babak-belur musim ini. Statistik lanjutan (advanced stats) Lakers menunjukkan segalanya. Mereka adalah tujuh tim terendah baik di offensive dan defensive rating. Catatan net rating mereka minus untuk pertama kali sejak 2018—2019. Itu adalah musim debut LeBron James bersama Lakers saat mereka tidak lolos ke playoff.
Lakers juga masuk dalam jajaran 11 terburuk untuk persentase turnover. Mereka pun acap kalah rebound terbukti dengan persentase rebound yang ada di enam terbawah. Tim ini sungguh babak-belur.
Statistik Selalu Jelek
Bobroknya pertahanan Lakers juga semakin terlihat kala NBA menyajikan data statistik lawan saat berhadapan dengan Lakers. Rata-rata, lawan Lakers membukukan efektivitas tembakan (eFG%) di angka 53,8 persen. Catatan itu jadi yang terburuk kedelapan di liga.
Tak hanya membuat lawan mudah mencetak angka, Lakers juga kerap memberikan lawan percobaan cuma-cuma melalui tembakan gratis. Lakers adalah tujuh tim terbawah yang kerap memberikan lawan tembakan gratis. Secara persentase, rata-rata lawan Lakers mendapatkan 26 persen kesempatan tembakan gratis dalam satu gim.
Jika dihitung normal (tradisional), rata-rata lawan Lakers mendapatkan 24 tembakan gratis per gim. Andai lawan memiliki akurasi tembakan gratis 80 persen, artinya ada 19 poin mudah yang mereka berikan.
uruknya lagi, semua catatan di atas tak diimbangi dengan serangan yang efektif. Akurasi tripoin mereka 10 terbawah. Akurasi tembakan gratis bahkan jadi kedua terburuk di liga, hanya kalah dari Houston Rockets, tim yang memang tak ingin menang musim ini.
Banyak hal yang bisa dibilang mempengaruhi bobroknya Lakers musim ini. Namun, saya yakin bahwa usia bukan salah satunya. Lakers masuk tujuh besar tim tercepat di liga dan lima besar untuk tim dengan rataan fastbreak poin terbanyak per gim.
Masalahnya memang pada materi pemain. Ya, artinya tim ini memang sudah sangat kesulitan sejak awal musim. Mereka tidak cukup memiliki skuat yang bisa bertarung ketat selama 48 menit dengan barisan utama mendapatkan jatah istirahat yang layak. Skuat mereka tidak cukup dalam.
Dengan skuat yang ada, di awal musim saya percaya bahwa Lakers masih akan bersaing untuk delapan besar. Mereka kuat di paint area dan “hanya” perlu menambahkan dua pemain dengan karakter 3D untuk menambah ancaman.
Sayangnya, justru hal yang saya prediksi akan mudah dilakukan dengan penggunaan “hanya” ternyata jadi hal tersulit untuk Lakers. Mereka tak punya sosok 3D yang mumpuni dan gagal mendapatkan tambahan pemain dengan tipikal yang sama sampai batas akhir pertukaran pemain.
Malik Monk, Avery Bradley, Carmelo Anthony, Trevor Ariza, Wayne Ellington, hingga Kent Bazemore tak membantu signifikan. Frank Vogel, Kepala Pelatih Lakers, bahkan sampai menempatkan ruki dan pemain yang terbuang, Austin Reaves serta Stanley Johnson sebagai starter. Pemain langganan G League, Wenyen Gabriel, juga sempat mencicipi bermain sejak tepis mula. Lakers kehabisan akal.
Apakah merekrut Russell Westbrook adalah kesalahan terbesar Lakers? Bisa iya bisa tidak. Pasalnya, sampai sekarang belum ada yang buka suara sebenarnya apa alasan utama Lakers merekrut Russ. Biasanya alasan-alasan ini akan muncul di sebuah wawancara di jeda musim.
Russ adalah pemain yang beroperasi di paint atau area mid-range, semua orang tahu itu. Menariknya, Lakers selalu berada di lima besar tim dengan point in the paint terbanyak sejak LeBron datang ke tim. Mereka tak butuh Russ. Tanpa Russ, harusnya mereka juga tak terganggu.
Nasi sudah menjadi bubur, namun Vogel dan Lakers tak bisa membuat bubur ini menjadi makanan yang bisa disantap. Russ sudah datang dan mereka justru kebingungan sendiri harus bermain dengan pola seperti apa.
Russ justru dioperasikan jauh dari bola (off-ball), sebuah hal yang tak pernah ia lakukan sepanjang kariernya. LeBron yang akurasi tripoinnya terus meningkat justru diminta terus membawa bola.
Ketakutan atas turnover Russ yang tinggi memang masuk akal. Namun, Russ juga selalu berhasil membuktikan bahwa turnover itu bisa ia tutupi dengan agresivitas serangan serta asis-asis yang ia buat. Setidaknya, timnya tidak akan menorehkan angka minus di net rating.
Hal-hal di atas diperburuk dengan masalah cedera. Anthony Davis baru tampil 36 gim musim ini. Meski rekor ketiga pemain ini jika bermain bersama tak cukup dominan, namun catatan mereka masih positif. Dalam 20 gim, ketiganya menang 11 kali.
Catatan ini yang semakin menunjukkan bahwa tim ini punya celah yang harus ditutup oleh pemain dengan kapasitas 3D. Sekali lagi, untuk saya, masalah utama Lakers adalah kegagalan perekrutan pemain pendukung untuk tiga bintang utama ini. Dengan fokus lawan kepada tiga pemain yang sangat tinggi, harusnya ada dua pemain sayap yang siaga di luar garis tripoin untuk langsung melakukan eksekusi.
Tanpa adanya pemain seperti ini, lawan hanya fokus menjaga paint area. Pertahanan zona bahkan double team pun bisa nyaman dilakukan karena Lakers hampir tak punya ancaman paten di luar tripoin.
Dua pemain pendukung itu juga yang harusnya fokus menjaga pemain sayap atau garda terbaik lawan saat bertahan. Sehingga trio Lakers bisa fokus untuk mengunci area paint dan langsung membangun serangan.
Musim yang bak mimpi buruk ini akan segera berakhir. Peluang Lakers untuk lolos ke Play-in mendekati tidak mungkin. Buruknya lagi, nasib kelanjutan musim ini tak sepenuhnya ada di tangan mereka.
Di samping itu semua, satu hal yang pasti akan mereka hadapi adalah bursa pemain bebas. Lakers hanya akan punya enam pemain yang masih memiliki kontrak untuk musim depan. Ini sudah termasuk dua opsi pemain (Player Option) yang dimiliki oleh Russ dan Kendrick Nunn yang tak bermain sekalipun musim ini.
Lakers harus segera memikirkan itu jika ingin mimpi buruk ini tak terulang lagi. Apakah mereka akan bertahan dengan trio ini? Apakah Lakers akan mengambil arah sebaliknya dan membuat semua pemain terbuka untuk pertukaran? Hanya waktu yang akan menjawabnya.
Kini, mari kita tunggu, sanggupkah Lakers “pulled off the impossible” di sisa musim ini? Atau mereka akan segera mencari destinasi liburan musim panas terbaik dalam dua pekan ke depan.