DewaSport.asia – Petinggi Premier League, Richard Masters akhirnya memberikan respons terhadap kritik keras yang dilayangkan manajer Liverpool, Jurgen Klopp soal aturan pergantian pemain.
Dengan melihat situasi akibat Covid-19, musim lalu Premier League mengubah aturan pergantian pemain menjadi lima kali dalam satu pertandingan sejak kompetisi digulirkan kembali selepas lockdown.
Namun, tak seperti liga-liga lain di Eropa, musim ini Premier League memutuskan untuk kembali menggunakan aturan lama, yakni tiga pergantian pemain dalam satu pertandingan.
Kebijakan ini pun mendapat kecaman dari Klopp setelah banyak pemainnya mengalami cedera. Kritik tajam ini juga didukung oleh manajer Manchester City, Josep Guardiola.
Respons Richard Masters
Di sisi lain, sejumlah manajer dari tim di bawah level Liverpool dan City mendukung aturan tiga pergantian pemain, karena menganggap lima pergantian pemain hanya menguntunkan klub besar yang memiliki skuad lebih besar. Hal inilah yang ditekankan oleh Masters.
“Ada argumen yang harus dibuat bahwa lima pergantian pemain mengubah keseimbangan kompetitif pertandingan sepak bola, versus masalah yang sangat nyata tentang kesejahteraan pemain. Saya pikir itu argumen yang sangat seimbang,” ujar Masters seperti dikutip Goal International.
“Kami memiliki dua suara di level klub dan keduanya secara relatif mendukung tiga pemain pengganti – yaitu, kembali ke model tersebut, yang merupakan model bersejarah,” imbuhnya.
“Itu telah menciptakan beberapa frustrasi dalam sistem, yang Anda lihat, di samping diskusi tentang penjadwalan pertandingan, yang lagi-lagi merupakan masalah terkait pandemi,” jelasnya.
Belum Ada Perubahan
Masters pun mengaku bisa memahami keluhan yang diutarakan Klopp dan Guardiola. Namun, ia menyebut bahwa aturan tiga pergantian pemain ini kecil kemungkinan bakal kembali diubah.
“Jadi Anda bisa melihat mengapa ini menjadi masalah untuk diperdebatkan, terutama jika Anda, dalam kasus Jurgen dan Pep, bersaing di Eropa,” tutur Masters.
“Musim ini lebih sibuk dan juga ditambah dengan fakta bahwa kami mengakhiri musim pada akhir Juli dan bukan akhir Mei, dan waktu istirahat normal belum diperhitungkan,” lanjutnya.
“Jadi ada masalah nyata di sana dan telah dibahas panjang lebar. Saya tidak melihat hal ini bakal berubah di masa mendatang.” tukasnya.