DewaSport.asia – Inkonsistensi masih jadi masalah utama Manchester United musim ini. Setan Merah bisa tampil apik dan memenangi beberapa laga, lalu kalah dan tenggelam dalam situasi sulit.
Teranyar, MU takluk 1-3 dari PSG pada duel matchday 5 Grup H Liga Champions 2020/21, Kamis (3/12/2020). Hasil ini pun jelas menunjukkan masalah inkonsistensi MU.
Betapa tidak, MU berhasil tampil apik sejak kemenangan 3-1 atas Everton beberapa pekan lalu. Mereka kemudian merangkai empat kemenangan beruntun, yang sayangnya terhenti di hadapan PSG sekarang.
Sebelum laga kontra Everton itu pun skenarionya sama. MU mengalahkan PSG 2-1 di Paris, menang 5-0 atas RB Leipzig, tapi kemudian kalah dari Arsenal dan Istanbul Basaksehir.
Kursi panas Solskjaer
Kekalahan dari PSG kemarin merupakan paduan dari ketidakberuntungan MU dan kesalahan manajemen pertandingan Solskjaer. Yang jelas, MU sedang bermasalah soal konsistensi.
Skenarionya sama dan hampir selalu terulang. MU main apik, lalu tersandung kalah, tertekan, posisi Solskjaer mulai tidak nyaman, dan tepat setelahnya MU justru menang.
Seolah-olah MU butuh dicambuk untuk menang, seolah-olah perlu ada gagasan pemecatan Solskjaer supaya para pemain tampil apik di lapangan.
Kursi pelatih MU tidak pernah nyaman sejak ditinggal Sir Alex Ferguson, dan kini Solskjaer pun mudah diserang gosip pemecatan.
Sampai kapan?
Inkonsistensi sebenarnya masalah wajar. Hampir semua tim mengalaminya musim ini, hampir semua kesulitan. Perbedaannya adalah siapa tim yang berhasil bangkit lebih dulu.
Untuk itu, Solskjaer jelas harus melakukan sesuatu. Yang paling penting adalah belajar dari kekalahan kemarin soal manajemen pertandingan.
Solskjaer sudah diberi cukup waktu, sudah didukung membeli pemain-pemain yang dia inginkan. Seharusnya masalah inkonsistensi MU tidak separah sekarang, dia mulai kehabisan waktu.
Jika siklus ‘kalah-tertekan-menang’ ini masih berjalan sampai beberapa pekan ke depan, mungkin fans MU mulai menyadari pola aneh yang tengah dilalui tim kesayangan mereka ini.