DewaSport.asia – Xavi kembali ke Barcelona tanpa bekal pengalaman melatih klub besar. Dan pria berumur 41 tahun tersebut tahu persis beban yang menantinya di Camp Nou.
Barcelona terbilang cukup sering melakukan pergantian pelatih belakangan ini. Terhitung sejak tahun 2020 lalu, klub raksasa Spanyol itu sudah mendepak tiga pelatih: Ernesto Valverde, Quique Setien, hingga yang terbaru Ronald Koeman.
Ketiganya dianggap tak mampu memenuhi ekspektasi publik. Bukan sesuatu yang mengherankan, sebab pelatih sepertih Frank Rijkaard, Josep Guardiola dan Luis Enrique mematok standar yang tinggi di sana.
Ekspektasi tersebut sama sekali tidak memberi ampun kepada siapa pun. Pelatih berpengalaman seperti Koeman pun tak bisa menghindari surat pemecatan. Padahal, ia juga dikenal sebagai legenda klub yang menyumbang banyak gelar semasa bermain dulu.
Paling Sulit di Dunia
Kisah Koeman menandakan kalau Xavi tidak bisa berlindung pada prestasinya di masa lampau. Keputusannya menerima tawaran untuk menukangi Barcelona di saat pengalamannya masih minim bisa dianggap sebagai keputusan yang berani.
Xavi sadar betul bahwa ekspektasi fans Barcelona sangat berat untuk dipenuhi. Ia tahu, Barcelona adalah klub yang paling sulit ditangani di dunia.
“Barcelona adalah klub yang paling sulit di dunia. Cules dan Catalans sangat menuntut dan hanya sekadar menang saja tidak cukup, kami juga harus bermain dengan baik,” ujarnya seperti yang dikutip dari Marca.
Barcelona Belum Sempurna
Barcelona berhasil mengalahkan Villarreal dalam laga lanjutan La Liga yang digelar akhir pekan kemarin. Bermain di markas lawan, El Madrigal, mereka mendapatkan kemenangan yang cukup meyakinkan, 3-1.
Skornya meyakinkan, tapi tidak dengan permainannya. Klub berjuluk Blaugrana tersebut hanya mencatatkan penguasaan bola sebesar 49 persen. Tidak seperti Barcelona yang biasanya mendominasi penguasaan bola.
Kedatangan Xavi diharapkan bisa membuat Barcelona kembali ke masa kepelatihan Guardiola dulu, di mana mereka sanggup menang dengan dominan. Xavi sadar betul bahwa permainan anak asuhnya masih jauh dari harapan itu.
“Kami sangat mementingkan dan menghargai kemenangan atas Villareal. Namun kami sadar, bahwa kami tidak bagus dalam beberapa fase permainan dan kami tidak menguasai bola,” pungkasnya.