Untuk kualitas terbaik, tekanan yang intens, soliditas pertahanan, serangan bertubi-tubi dan mungkin yang terbaik adalah pertandingan dramatis pada saat-saat seperti ini. Sama seperti di final Piala Liga awal tahun ini di Wembley, Liverpool juara FA Cup setelah adu penalti sengit mengalahkan Chelsea dan mengangkat trofi di stadion yang sama.
Harapan Liverpool Menangi Tiga Kompetisi
Meskipun mustahil The Reds akan menjadi tim Inggris pertama yang memenangkan ketiga kompetisi domestik dan Piala Eropa, bahkan empat kali lipat masih dimungkinkan berkat kemenangan Piala FA ini. Dua piala di kabinet musim ini, sudah disiapkan oleh Klopp untuk dua kompetisi lagi. Itu sebabnya penggemar Liverpool bermimpi. Sejarah masih bisa dibuat.
120 menit tanpa gol memang membuat dua kubu dingin atas kualitas pertandingan. Namun tiba-tiba saat peluang tercipta, tiang gawang diguncang, namun belum membuahkan kepuasan. Hingga akhirnya tepat pada peringatan 150 tahun kompetisi piala sepak bola tertua di dunia ini, final diputuskan dengan cara yang paling teatrikal yakni dengan adu pinalti.
Jalannya Pertandingan
Seperti banyak acara olahraga besar, sebuah sentuhan politik dibuat. Pertama, fans Liverpool mencemooh lagu kebangsaan Inggris, kemudian kapten dan ofisial berdiri dengan bendera Ukraina yang bertuliskan ‘PEACE’ dengan huruf kapital hitam dan, tepat sebelum kompetisi tertua ini dimulai, para pemain berlutut.
Pertandingan baru berjalan beberapa menit ketika Liverpool mendapatkan peluang pertamanya. Seharusnya mencetak setidaknya satu gol, seperti dominasi mereka di 15 menit pertama, tetapi Thiago, Luis Diaz, Mo Salah dan Mane yang luar biasa seperti kaku di depan gawang.
Meskipun Chelsea memainkan lebih baik untuk sebagian besar babak pertama, bisa dibilang tim London memiliki peluang terbaik pada periode itu dengan hanya penyelamatan kelas dunia dari Alisson menyelam rendah ke kaki Marcos Alonso untuk mencegah mereka untuk maju.
Tersingkirnya Salah, pencetak gol terbanyak Liverpool musim ini, melalui cedera menambah rasa cemas Liverpool saat babak berlangsung tetapi, bahkan tanpa pemain Mesir itu, The Reds mampu menegaskan kembali dominasi mereka sebelum turun minum.
Memang, pengganti Salah, Diogo Jota, seharusnya membuat pasukan Klopp unggul sebelum turun minum. Tanpa diketahui pada akhirnya Liverpool juara FA Cup dengan adu pinalti.
Jalannya Penalti
Fans tetiba bungkam ketika Chelsea gagal mengeksekusi penalti keduanya melalui tendangan Cesar Azplicueta, sedangkan kegagalan tendangan Liverpool ada padw yang kelima oleh Sadio Mane. Ada perasaan déjà vu karena 10 penalti pertama tidak dapat menentukan hasil dan pertandingan berakhir dengan gol terakhir tunggal.
Akhir dari FA Cup berakhir 11-10 melalui adu penalti antara penjaga gawang. Namun, lebih sedikit penalti diperlukan kali ini, ketika Alisson Becker menyelamatkan tendangan penalti Mason Mount, yang memberi Kostas Tsimikas kesempatan untuk menjadi pahlawan yang tidak terduga. Pemain internasional Yunani ini sebenarnya bukanlah starter reguler untuk Liverpool.
Tsimikas dengan tenang mencetak gol untuk memicu perayaan gembira dari tim berbaju merah. Para pemain Liverpool mengerubungi Tsimikas, manajer Jurgen Klopp berlari ke arah anak buahnya dan para penggemar menyalakan suar untuk memenuhi udara dengan warna merah. Lagu kebangsaan klub ‘You’ll Never Walk Alone’ bergema di sekitar stadion.
Hasil Liverpool juara FA Cup ini bisa dibilang cukup bersejarah. Ini adalah harapan para penggemar Liverpool untuk menyanyikan lagu tim yang telah memberi mereka kemenangan Piala FA pertama di Wembley dalam 30 tahun.
Tidak Lama Dirayakan
Perayaan kali ini harus berumur pendek karena ada tantangan lain di depan mata yakni final Liga Champions di akhir bulan. Tak hanya itu, masih ada dua pertandingan Liga Premier untuk menggoyang keunggulan tiga poin Manchester City di puncak klasemen. Apakah hingar bingar Liverpool juara FA Cup ini adalah yang terakhir musim ini?